Gasibu-Bandung. Hari minggu pagi adalah hari dimana hiruk pikuk pedagang yang menjajakan dagangannya, dan masyarakat yang ingin sekedar melihat-lihat dan berolah raga di Gasibu-Gedung Sate dan sekitarnya. Memang, di setiap hari minggu pagi sampai siang pukul 13.00 Gasibu-gedung sate dan sekitarnya menjadi lahan ratusan pedagang makanan, alat-alat rumah tangga, elektronik, pakaian, tanaman hias, kerajinan tangan, sampai sayur-sayuran dalam menggelar dagangannya. Tak dipungkiri lagi saat event ini berlangsung, kemacetan lalu lintas tak terhindarkan lagi. Ironisnya tidak ada 1 polisipun yang mampu mengatur agar kepentingan pengguna jalan, dan pedagang dapat sama-sama lancar. Tapi ya inilah fenomena yang ada.
Disisi lain, bagi masyarakat pecinta oleh raga dan sekaligus cuci mata mencari keperluan sehari-hari, disinilah tempatnya barang yang sangat murah dan terjangkau. Tengoklah kaos dijual dari harga Rp 15.000, sedangkan celana jeans seharga Rp 50.000,-. Belum lagi peralatan masak dari aluminium bisa kita dapatkan hanya dengan Rp 20.000,-. Ya tentu saja ada harga ada barang, tapi untuk memenuhi hasrat pembeli, pedagang telah menyiapkan harga dan tentu kualitas yang sepadan.
Diantara ratusan pedagang yang mayoritas adalah pedagang pakaian, dan makanan, ternyata terdapat juga dua orang pedagang khusus Batu Akik. Bagi masyarakat yang sekedar berjalan-jalan, tak jarang mampir ke lapak batu Akik yang digelar di gasibu. Dengan cukup menggelar tas serta kotaknya beralaskan plastik terpal, pak Ujang (46th) mulai menjajakan deretan koleksi batu Akiknya bagi peminatnya. Batu yang dijajakan beragam, mulai dari batu Asli sampai dengan Batu Sintetis. Rata-rata batu sintetis adalah batu mulia seperti topas, king safir, merah siam, dan ada juga zamrud. Tapi kalo Batu Akiknya, pak Ujang menjamin ini batu asli dan tidak sintetis. Batu akik yang dijajakan terlihat tapak jalak, badar besi, pirus, batu sulaeman, dan beberapa akik pasir emas. Tidak hanya orang yang berusia dewasa, rupanya anak remaja, dan ibu-ibu pun banyak yang melihat-lihat dan mencoba, menawar dan akhirnya membeli. Harga yang ditawarkan pun cukup murah, untuk badar besi dibandrol Rp 5.000,-, sedangkan pirus Rp 15.000. Begitu juga tapak jalaknya. Untuk batu sintetis, pak Ujang cukup menawarkan Rp 20.000 dan biasanya jatuh pada harga Rp 15.000,-
Pak Ujang setiap minggu pagi selalu berdagang di sisi barat lapangan gasibu. Dan untuk hari-hari biasa, dia bergabung dengan rekan yang lain di perempatan Jl.Pungkur dan Jl.Otista bandung. ”Ya lumayan dik, buat tambah-tambah penghasilan. Disini yang jual akik jarang, jadi kita posisinya meunang” ujar pak Ujang. Dalam sehari, pak Ujang bisa mendapatkan Rp 200.000,- sampai Rp 300.000,- dari berdagang akik ini karena ternyata tidak hanya jual batu akik, tapi pak Ujang juga menjual mustika (pusaka) dan pasang-ikat batu yang terbuat dari aluminium dengan harga Rp 15.000,- per batu.
Batu akik ternyata tetap memiliki posisi di masyarakat, karena yang datang ke pak Ujang rata-rata tidak mengerti benar tentang batu akik atau pun batu permata, dan masih dipandang sebagai kebutuhan tersier dalam memnuhi kebutuhannya. Cukup unik memang, diera dimana orang hiruk pikuk berbelanja fashion, elektronik, hp 3G, dan segala sesuatu yang bersifat hi-tech, ternyata batu Akik masih memiliki segmentasi yang beririsan dengan segmentasi yang berbau Hi-Tech tersebut. Batu Akik tidak harus berbau klenik/mistik walau banyak masyarakat menyatukan keduanya. Tapi semua dikembalikan kepada pribadi masing-masing….dan pak Ujang ini adalah sebagian dari kita yang berkarya mendapatkan rejeki Illahi dari berjualan batu akik untuk memenuhi segala himpitan kebutuhan ekonomi yang kini makin sulit…